Kamis, 26 Desember 2013

Mendidik Anak Memahami Kehidupan

Just sharing from a friend:

"Mendidik Anak Memahami Kehidupan"

Ketika Anda ditanya, apa yang diharapkan seorang ibu untuk anaknya? Jawabannya bisa ditebak: ingin anaknya sehat, sukses, dan bahagia. Begitulah bayangan anak yang sempurna di mata kita. Itulah juga yang mendorong kita untuk menjadi 'ibu yang sempurna'. Ibu yang segala bisa, mulai dari jago masak, mampu menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga, hingga pintar mencari uang. Kita pun rela melahap buku-buku parenting, mengikuti berbagai seminar atau workshop agar bisa menjadikan anak kita sempurna.

Kenyataannya, semua usaha jungkir balik itu juga belum tentu menjamin anak tumbuh sesuai yang kita harapkan. Fakta menunjukkan, semakin banyak anak sekarang yang mengalami obesitas, autisme, depresi, serta masalah perilaku lainnya. Sebagai ibu, kita pun jadi bertanya-tanya, apa yang salah dari saya?

Kesalahan paling mendasar menurut Dr. Shefali Tsabary, Ph. D, psikolog klinis dari Columbia University, New York, Amerika Serikat, dan pencetus mindfulness psychology, terletak pada persepsi kita tentang kesempurnaan. Selama ini kita menganggap bahwa kesuksesan sebagai orang tua adalah ketika anak kita meraih kesempurnaan. Sayangnya, ukuran kesuksesan dalam budaya kita lebih ditentukan oleh hal-hal yang 'tampak luar' saja: gelar, jabatan, dan materi. Keyakinan ini diturunkan dari generasi orang tua kita.

Keyakinan inilah yang membuat kita merasa harus melakukan banyak hal demi membahagiakan anak. Kita harus membekali mereka segudang nasihat agar menjadi orang yang sukses. Padahal, semakin dalam juga kita terjebak dalam ilusi untuk mengejarnya, semakin kita lelah, frustasi, dan depresi, karena ternyata kita tidak akan pernah mencapai kesempurnaan itu.

Dorongan untuk menjadi sempurna itu sebenarnya upaya untuk menutupi pengalaman pahit kita di masa lalu. Kalau dulu kita hidup susah, jangan sampai anak kita juga susah. Karena itu, kita harus mampu menyekolahkan anak di sekolah yang terbaik, mencukupi semua kebutuhan mereka, melindungi mereka agar selalu merasa aman dan senang. Dengan begitu, tanpa disadari kita menutupi kesempatan anak untuk belajar memahami arti hidup yang sesungguhnya, termasuk memahami arti kegagalan.

Fokusnya bukan pada anak.
Reza Gunawan, praktisi penyembuhan holistik dari True Nature Healing, mengamati kecenderungan para orang tua, khususnya ibu, yang terlalu memfokuskan kepada anak dalam menyelesaikan setiap masalah. Misalnya, anak baru demam sehari, langsung sang ibu panik dan buru-buru memberi obat penurun panas. Anak minder atau sulit belajar, langsung dibawa ke psikolog. Mereka merasa ada yang perlu dibereskan dalam diri anak mereka.

"Sebenarnya reaksi itu tidak salah, hanya tidak menuntaskan akar masalahnya," ujar Reza. Ketika anak bermasalah atau sakit, kita jadi lebih mengandalkan obat atau orang lain -dokter atau psikolog- untuk menyembuhkannya. Kita tidak sadar kalau sejatinya setiap anak memiliki daya tahan tubuh yang luar biasa untuk menyembuhkan diri sendiri. Kita juga tidak sadar bahwa kondisi emosi kita, suami, atau vibrasi tempat tinggal kita justru lebih besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan kesehatan mereka.

"Ketika anak lahir hingga usia 7 tahun, mereka masih berada pada gelombang trans. Mereka akan langsung menyerap apa yang dilihat dan didengar dari orang-orang di sekelilingnya. Mereka juga mampu bertelepati dengan orang tuanya. Mereka bisa merasakan kalau ibunya sedang sedih atau stres. Dan segala yang kita lakukan terhadap mereka di masa ini akan terus melekat dalam ingatan mereka hingga dewasa," tutur ayah dua anak ini. Dengan kata lain, apa pun masalah yang terjadi pada anak kita saat ini, penyebabnya bukan ada pada mereka. Melainkan diri kita sendiri. Pertanyaannya: sadarkah kita akan hal ini?

Semoga manfaat barakallah...
#notetoself #reminder #ngacasendiri #changemyself #becomingabetterme

Sabtu, 23 April 2011

Jangan Lebay Ah.....


“Jangan Lebay Ah…”

Kemarin siang aku dan beberapa teman (pastinya diantar suamiku dong! Hehe…) datang ke sebuah syukuran pernikahan. Setelah salaman dengan kedua pengantin, biasa dong kita antri makanan. Sambil antri, aku masih sempat melihat beberapa waiter yang bulak balik membereskan piring-piring maupun gelas-gelas yang sudah dipakai. Aduh sedih aja, di piring-piring itu masih banyak sisa-sisa makanan yang tidak dihabiskan. Kenapa mereka-mereka itu kok ambil makanan tapi tidak mengukur keadaan perutnya yah..? Atau mungkin rasa makanan tersebut jauh dari bayangan makanan enak? Kalau sudah memang kenyang atau baru mau coba dulu, mbo’ jangan ambil makanan terlalu banyak atau berlebihan….

Aku juga langsung mengambil makanan secukupnya saja. Daripada nanti terbuang tidak dimakan…jadinya mubazir lagi!! Jangan lapar mata atau mengikuti hawa nafsu semata. Rasanya emang kalo liat macam-macam makanan, mungkin semua ingin dicoba. Tapi coba liat kapasitas perut atau pikirkan apa memang rasa makanan itu akan cocok dengan lidah dan bayangan kita? Jadi tidak usah terlalu banyak mengambilnya.

Terbayang di sekitar kita pun banyak yang susah mendapatkan makanan yang cukup. Banyak orang miskin maupun anak-anak kecil yang pada belum makan. Boro-boro mikirin makan itu bergizi bin sehat atau nggak. Untuk bisa mengisi perutnya saja, mereka itu sudah pontang-panting, banting tulang pake panas-panas atau berhujan-hujanan….Subhanallah kita yang begitu mudahnya bisa mendapatkan santapan makanan, malah asik-asik aja buang-buang makanan….Aduh, plisss jangan lebay…..

Mulai sekarang cobalah untuk membiasakan secukupnya…jangan berlebihan. Aku mau mencobanya!! Semua dikondisikan dalam kondisi “CUKUP” jangan berlebih-lebihan….makan dan minum secukupnya, jangan sampe kekenyangan, waktu nonton TV juga cukup, komsumsi acara TV yang penting ajah (maksudnya yang bawa manfaat hehe…kalo infotainment nggak perlu semua diplototin hihi…), beli baju secukupnya…kalau beli dua baju baru, paling nggak ada satu baju yang harus keluar dari koleksi untuk disedekahkan….

Mensyukuri nikmat Allah dapat dimulai dari hal-hal kecil saja dulu….bersyukur masih bisa bangun pagi hari ini dan merasa sehat, masih bisa menghirup udara secara gratis, air di rumah dapat mengalir tanpa macet, masih bisa sarapan pagi, masih bisa berjalan pagi, masih bisa hidup sehat tidak sakit, masih bisa tidur dengan nyaman, masih bisa menikmati kenyamanan rumah, masih bisa menemani anak-anak bikin PR, masih bisa mengobrol dengan suami tercinta, masih bisa shalat berjamaah dengan suami dan kedua anakku, masih..masih..masih…. Subhanallah Allah telah berikan nikmatNya yang indah dalam hidupku..Alhamdulillah….

Semoga aku bisa hidup dengan “CUKUP” (dan berkecukupan, bukan hidup berlebihan) sehingga aku akan selalu dapat merasakan nikmat karunia Allah dan selalu bersyukur alhamdulillah pada Sang Rahman, supaya Allah akan melimpahkan lagi nikmat karuniaNya lagi…..insya Allah….

Terima kasih ya Allah…untuk semua yang terjadi dan nikmat dalam hidupku ini….

Regina
Bandung, 26 Januari 2009

DIA Memberi Yang Kubutuhkan

Sekedar untuk renungan & tafakur :

Rasul mengatakan “Bertafakur sejenak, lebih baik daripada ibadah satu tahun”.

"Dia Memberi Yang Kubutuhkan”

Ketika aku mohon kekuatan,
Allah memberikan aku kesulitan sehingga aku kuat.

Ketika aku mohon kebijaksanaan,
Allah memberiku masalah untuk aku pecahkan.

Ketika aku mohon surga,
Allah menghujaniku dengan ujian-ujian.

Ketika aku memohon pengampunan dosa,
Allah memberikan rasa sakit.

Ketika aku mohon kesejahteraan,
Allah memberiku akal untuk berpikir.

Ketika aku mohon keberanian,
Allah memberiku bahaya untuk kuatasi.

Ketika aku butuh cinta,
Allah memberikan orang-orang bermasalah untuk kutolong.

Ketika aku mohon cinta,
Allah memberiku musibah untuk kuanalisa dengan akal dan kalbu.

Aku tak pernah menerima apa yang kuminta,
Tapi aku menerima apa yang aku butuhkan…


Subhanallah…

Sumber : “Sentuhan Kalbu”

Sekedar renungan dari apa yang ditulis di atas, kadang kita sebagai manusia suka banyak meminta ini dan itu kepada Allah SWT…misalkan dengan banyak berdoa dengan daftar permintaan, permohonan dan keinginan sebanyak 1001 macam…

Namun kita juga suka (sering malah), ternyata kita lebih sering meminta kepada Allah (baca : meminta hak), namun kita lalai melaksanakan kewajiban kita kepada Sang Khalik…padahal Allah menyuruh kita banyak beribadah kepada-Nya. Allah sangat senang sekali kalau kita hamba-Nya rajin datang dan ingat pada-Nya….

Banyak yang kita minta, walau sering yang kita minta (mungkin) tidak sejalan dengan kehendak Allah. Kita sering memaksakan (keukeuh) kehendak kita…tolong ya Allah, kabulkan doa hamba-Mu ini….sehingga ketika Allah tidak mengabulkan, kita (juga) sering pundung, ngambek, bertanya-tanya, kenapa ya, Allah kok tidak mengabulkan permintaanku…kenapa, kenapa dan kenapa…

Bila kita renungkan firman Allah SWT dalam S. Al Baqarah 216 :
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak ketahui”.

Jadi mungkin saja, saat kita memohon sesuatu kepada Allah (sampai kita mati-matian berdoa), namun ternyata tidak dikabulkan, karena Allah SWT adalah Yang Maha Mengetahui…bila apa yang kita minta dan Dia mengabulkan permintaan kita tsb, maka hal itu tidak akan membawa manfaat dan barokah bagi diri dan kehidupan kita…Jadi kita harus bersyukur kepada-Nya, walau pada saat doa kita ada yang tidak dikabulkan, karena sesungguhnya Allah akan sangat mengetahui apa yang terbaik dan dibutuhkan bagi umat-Nya. Jangalah kita memaksakan sesuatu tersebut.

Demikian juga bila terjadi sebaliknya, apa yang kita tidak minta, tapi ternyata Allah memberikan sesuatu kepada kita (atau Allah memberikan hal yang berlawanan dari apa yang kita minta). Kita malah menyesali apa yang terjadi pada kita, padahal menurut Allah Yang Maha Mengetahui…hal itu akan membawa kebaikan dan kebarokahan bagi kita. Mungkin menurut sudut pandang kita hal itu tidak enak/tidak baik, namun di balik itu semua, apa yang terjadi pada kita, PASTI justru yang membawa kebaikan dan sebenarnya “lebih dibutuhkan”…percayalah karena Allah SWT adalah Yang Maha Tahu.

Pada dasarnya, kita harus selalu berprasangka baik kepada-Nya. Menyakini bahwa ketentuan apapun yang ditetapkan Allah bagi kita merupakan yang terbaik, sejalan dengan doa yang selalu kita ucapkan dalam setiap kita shalat, ihdinash shiraathal mustaqiim. Maka berserah dirilah kita pada-Nya…dalam S. At Thalaq 3 : “ Barang siapa yang menyerahkan dirinya pada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya (memeliharanya)”.

Sebaiknya kita (selalu) menikmati dan mensyukuri atas apa yang sudah Allah SWT berikan dan terjadi kepada kita umat-Nya. Percayalah, Allah sangat tahu dengan apa kita butuhkan. Dengan bersyukur kepada-Nya, Allah akan lebih (sering) memberikan kita hal-hal yang baik dan bermanfaat….aaaaamiiiin…insya Allah….

Regina
9 September 2008

Ujian, Sabar+Shalat, Tafakur, Lulus Ujian


“UJIAN, SABAR+SHALAT, TAFAKUR, LULUS UJIAN”

Dear Diary……

Waktu hari minggu malam yang lalu, udah malam banget sekitar jam 23.00 telpon di rumah berdering, suamiku yang angkat, tapi tak ada suaranya…..tak lama terputus. Dari caller ID yang terlihat pada pesawat telpon, aku tahu siapa yang telpon tadi. Aku telpon balik sahabatku itu, nada sambung dan tak lama kemudian diangkat, namun tak kudengar suara apapun, tak lama kudengar suara isak tangis.

Kupanggil nama sahabatku….”Bu (pada tulisan ini, aku panggil dia dengan sebutan “Ibu” aja yah….) ada apa? Kenapa elo nangis? Ayo dong cerita….please…!!” Kuminta dia untuk berhenti menangis dan mulai bercerita padaku. Agak lama (dan lumayan sabar aku menunggu) akhirnya keluarlah suaranya…..

“Aduh Ghie…gue tertimpa musibah, kok bertubi2 amat yah….gue nggak kuat, semua datang di saat bersamaan….kenapa Allah kasih ini semua ke gue?” suara Ibu terbata-bata sambil menangis memulai pembicaraan. Waduh hatiku langsung kaget juga nih…musibah apa yang sedang menimpanya??!!

Kukumpulkan semua ketenangan dalam hatiku dan kuajak dia berbicara, “Bu, apa elo mau sharing ama gue? Tadi elo kan udah telpon gue kan sebelumnya? Kalo elo emang mau sharing, gue dengerin kok Bu…” sambil harap-harap cemas aku berharap dia mau buka suara lagi….

“Bukannya apa-apa Ghie, biasa masalah keluarga gue, lanjutan yang kemaren itu….elo kan sudah sempat gue ceritain….” Dan mulailah dia bercerita dengan runut mengenai masalah keluarganya….bla..bla..bla…dan seterusnya.

Dalam tulisan ini, aku tidak perlu secara detail menggambarkan masalah si Ibu itu…tapi memang masalah dia lagi berasa banyak banget!! Ibu kebingungan bagaimana dia harus hadapi masalah yang segitu banyak? Lalu kudengarkan semua curhat dia malam itu….sambil berpikir gimana cara menenangkan dia.

Oke, setelah beres selesai dia cerita, aku mulai mencoba sedikit demi sedikit merespon. Sumpah Ya Allah, aku juga bingung nih….soalnya dia minta tanggapan, respon dan solusi dari aku, sementara aku tadinya cuma ‘siap sebagai tempat sampah’ alias tempat sharing aja, atau kalo kata Psikolog mah jadi seorang “Pendengar Aktif” saja…..

Well, sekelibat aku teringat dengan materi pengajian yang diberikan oleh Ustadzah Teh Mimin yang udah lama banget! “Bu, seingat gue, elo datang kan pada waktu kita ngaji Teh Mimin, membahas mengenai “Manajemen Diri Wanita Muslimah”, salah satunya kan ada tentang “Manajemen Respon Emosi”. Mungkin elo bisa menerapkan skala prioritas, dari sekian masalah yang numpuk datang kepada elo itu, mana yang paling prioritas harus segera dicari solusinya. Menurut elo mana yang mau elo paling prioritaskan?

Si Ibu terdiam aja…lumayan lama juga, kemudian dia bilang, “Gue mau prioritaskan hubungan gue dengan suami dong!” Alhamdulillah, dia bisa menentukan mana yang mau diprioritaskan untuk penyelesaian masalahnya. Selanjutnya dia bilang, “Terus gue mau prioritaskan masalah dengan mama gue”. Akhirnya dia lanjut dengan pertanyaan bagaimana solusi untuk 2 masalah yang dia prioritaskan tersebut. Setelah berdiskusi dengan panjang lebar, akhirnya dia menemukan sendiri bagaimana bentuk solusi masalah yang akan dia coba besok selesaikan.

“Bu, semoga masalah-masalah yang datang ini bisa jadi UJIAN yah…jangan dianggap COBAAN, tapi kalo boleh gue sarankan, better elo anggap ini UJIAN NAIK TINGKAT KEIMANAN elo….karena Allah sayang sama elo. Yakinkan bahwa Allah tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan elo, kan di dalam Al Qur’an Allah sudah janji (Al Baqarah 286), Allah tidak akan pernah ingkari janjiNya. Anggap aja, selama ini kita sekolah kalau datang ke pengajian, ke parenting class atau acara apapun atau dalam kehidupan kita ini, di mana kita bisa mendapatkan banyak “Materi Pelajaran tentang Kehidupan”. Kayanya mungkin kita udah banyak banget kan dapat materi pelajarannya, jadi sekarang Allah anggap elo harus dikasih “SOAL UJIAN” dari materi pelajaran yang sudah elo dapatkan selama ini…..semoga semua materi yang sudah kita dapatkan, bisa kita OLAH dengan baik dan mendapatkan JAWABAN atas SOAL UJIAN dari Allah tadi….Semoga elo bisa LULUS UJIAN KEIMANAN dengan nilai cum laude, untuk mencapai cita-cita elo kan….Mencapai DUNIA BAHAGIA AKHIRAT SURGA! Aaaamiiiin……”
(Waduh ini omongan aku panjang juga ke sahabatku ini….mengalir aja kaya air sungai ke muara….Subhanallah, semoga yang aku omongin tadi atas bimbingan pentunjukMu Ya Allah…..)

Alhamdulillah malam itu selesai juga pembicaraan di telpon dan kuharap sahabatku bisa tidur tenang sebelum shalat tahajud katanya. Subhanallah…Ya Allah tolonglah sahabatku dalam menemukan petunjukMu….

Iyyaka na’budu, wa iyyaka nasta’in…..
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan….

Dear Diary…..

Dari curhat sahabatku itu, aku coba ambil hikmah atau makna yang semoga insya Allah bisa bermanfaat bagi diriku…. Yah, namanya juga lagi berusaha supaya bisa terus berTAFAKUR dalam hidup ini…..
Hari ini adalah hari ketiga setelah sahabatku curhat padaku….aku juga (lagi) mencoba TAFAKUR, apa saja yang bisa kuambil hikmahnya ya buat hidupku…

Banyak juga yang aku dapat dalam 3 hari ini. Aku sempatkan baca buku-buku, baca materi pengajian dan parenting, diskusi dengan beberapa sahabat ruhaniahku, ada beberapa kejadian melintas padaku….Allah sungguh berikan warna-warni dalam hidupku…syukur Alhamdulillah…..

Kalau Allah kasih masalah atau cobaan atau musibah, aku lebih baik memandangnya sebagai suatu “UJIAN” untuk naik tingkat keimanan atau malah sebagai “HADIAH” tanda cinta Allah kepada umatNya, supaya aku bisa semakin dekat dengan Sang Khaliq. UJIAN atas materi “pelajaran” yang sudah aku dapat dalam menjalani kehidupan dan UJIAN dalam mencapai tujuan hidupku yaitu DUNIA BAHAGIA AKHIRAT SURGA.

Kalau aku selalu ingat dengan ber-SYUKUR, semoga Allah akan berikan (ekstra) SABAR pada saat aku menghadapi UJIAN HIDUP tersebut, aku bisa berpikir jernih dan tenang dalam menjalankan UJIAN tersebut. Jangan lupa SABAR+SHALAT supaya aku terus selalu mengingat kehadiranNya dalam hatiku. Semoga dengan SABAR+SHALAT (tambah DOA dan DZIKIR), Allah akan memberikan pertolonganNya padaku.

Aku harus tetap melakukan proses IKHTIAR yang OPTIMAL dalam mencari solusi yang terbaik dalam UJIANku itu, namun tetap PASRAH dan IKHLAS pada akhirnya, karena aku sebagai manusia cuma bisa usaha dengan IKHTIAR yang MAKSIMAL/OPTIMAL, namun tetap saja harus YAKIN bahwa HASIL AKHIRnya hanyalah ALLAH yang bisa tentukan dan berkuasa.

Aku juga harus YAKIN bahwa :
- Allah tidak akan memberikan UJIAN yang melebihi batas kemampuanku, karena ALLAH MAHA TAHU atas kemampuanku dan apa yang terbaik dan dibutuhkan olehku;
- Allah telah berjanji akan memberikan jalan keluar dan kemudahan setelah datangnya kesusahan, kesulitan (UJIAN) bagi umatNya;
- Allah akan memberikan YANG TERBAIK dan YANG DIBUTUHKAN oleh aku, bukan apa yang aku minta padaNya;
- Allah memberikan ujian dalam bentuk dan peristiwa yang berbeda-beda bagi masing-masing umatNya, namun segala bentuk dan peristiwa (bisa susah maupun keadaan senang, ujian kan bisa berupa dapat NIKMAT ataupun BALA/SUSAH) itu tidaklah menjadi penting, karena yang TERPENTING adalah untuk LULUS dalam menjalani UJIAN tersebut……

Jangan lupa selalu TAFAKUR atas Ujian ataupun Hadiah yang Allah berikan kepada aku, supaya aku bisa terus memaknai kehidupan yang aku jalani di dunia ini. Dengan tafakur, semoga aku bisa lebih me”RENUNG”kan dan MEMAKNAI segala nikmat yang telah diberikanNya, sehingga aku bisa lebih ber-SYUKUR atas nikmat karunia Allah SWT. Semoga dengan berSYUKUR, Allah akan selalu limpahkan karunia nikmat barokah yang lebih baik dari sesungguhnya yang aku kira……

Pada akhirnya setelah UJIAN dilalui….semoga aku bisa melewati dan LULUS ujian tersebut dengan nilai CUM LAUDE, sehingga aku bisa menambah nilai dengan nilai biru dalam raport kehidupan milikku…..dan memperoleh apa yang namanya DUNIA BAHAGIA AKHIRAT SURGA.

Dear Diary…..
Semoga apa yang kutulis hari ini, bisa selalu mengingatkan aku pada ALLAH Sang Khaliq….Subhanallah….Sungguh Ya Allah, hanya kepada Engkaulah aku menyembah dan hanya kepada Engkaulah aku memohon segalanya….memohon pertolongan…..Allahu Akbar…..Hanya kepada Engkaulah aku kembali….Ya Allah tunjukkan aku jalan yang lurus seperti jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat…..aaaaamiiiin…..

Ya Allah….semoga Allah SWT mengabulkan doaku…..

Regina
Bandung, 14 Januari 2009

Ini sekedar sharing atau curhat aku….semoga membawa barokah dan manfaat. Tulisan ini atas inspirasi dari curhat seorang sahabatku…..Semoga Allah SWT selalu berikan petunjuk dan hidayahNya supaya sahabatku bisa lulus UJIANnya dan LULUS dengan nilai terbaik….mencapai DBAS….

Sumber :
Banyak buku2 dan diskusi
Materi pengajian MT Karima
Materi Parenting Class

Niat Baik dan Hijrah

NIAT BAIK dan HIJRAH

Suatu sore aku sempat ngobrol ringan dengan suamiku…
Cerita tentang seorang sahabat yang tak henti dirundung cobaan.
Kali ini kuceritakan tentang cobaan yang paling terakhir terjadi
(sebelum2nya aku juga selalu sharing dgn suamiku tentang kejadian yg menimpanya)
Jadi suamiku pasti update banget dengan cerita tentang Diza, sahabatku itu.

Subhanallah, betapa sedih melihat keadaannya saat ini.
Kalau aku mo flashback ke belakang, betapa jauh dengan waktu pertama kali kenal.
Jaman dulu, mmmh apa ya…yg tidak Diza punya..boleh cek deeh…
Bukan mau sombong atau apa…tapi memang keadaannya sungguh tercukupi.
Ini kalo dilihat dari sudut materi, malah mungkin lebih dari cukup…
Kehidupan bahagia, mapan, lengkap!
Diza yg cantik, pintar, (insya Allah) shalehah (malah dia sudah berani ambil keputusan untuk berhijab, walopun sempat exit permit dari suaminya agak susah keluar)..
keluarga yg harmonis (ada suami n anak2 yg lucu)…
Allah SWT begitu baik dgn mencurahkan kenikmatan yg tiada henti…
Namun yah mungkin itu yg terlihat oleh kasat mataku dan teman2 lainnya…
Dunia ini bulat dan terus berputar, ada saat di atas, ada saat di bawah.
Cobaan (baca : Ujian) yg datang macam-macam…
Usaha yg bangkrut, suami tiba-tiba di-PHK, anak2 bolak balik sakit,
Orang tua juga sakit, utang menumpuk, aset2 dijaminkan, aset2 dijual,
Tidak punya mobil, semua seperti efek domino kejadiannya….terus..terus…

Sekarang mana ada yg percaya kalo Diza sedang dalam kesulitan.
Kecuali segelintir orang yg benar dalam posisi sahabat2nya…
Di mana Diza dapat menumpahkan semua keluhan, kesusahan, kegalauan....
Sebagai sahabat, aku dan Asha, Rayi, Elis, Fanti sudah coba membantu.
Yah, membantu semampu kita tentunya…
Bisa bantu waktu untuk menjadi tempat curhat, bantu tenaga, bantu materi….
Apalah semua yg bisa kita bantu pasti kita berikan….
Sampai Diza pun merasa tidak enak, namun kita semua selalu menyakinkan
Bahwa inilah gunanya suatu persahabatan ato friendship bu…

Sudah beberapa kali, aku dengar…
Diza bertanya…baik bertanya untuk dirinya sendiri ataupun bertanya pada kita2…
“Aduuuh…ada apa lagi yah…kurang apa lagi yang harus aku lakukan…kurang ibadah apa lagi…kurang infak atau sedekah..kurang…kurang..kurang apa yah…??!!!”
Wajahnya bertanya dengan kegalauan dan kebingungan…
Kita pun tak tahu jawabannya….karena smua iturahasi Illahi…
Kita tidak dapat menilai bentuk ibadah seseorang kepada Illahi…
Nilainya…semua Allah SWT yang memberikan nilai…entah biru atau merah.
Kalaupun ada yg merah…(mungkin sampai minus) tak ada yg tahu..

Suamiku pun sore itu sdh dengan telatennya mendengar ocehanku…
Yang mungkin masih terdengar sama dengan hari2 yang lalu…
Hanya mungkin bentuk ujian kali ini yah..beda lagi.
Namun dia menjawab dengan bijak…

“Bu, ujian hidup Diza memang terjadi dengan izin Allah….tidak untuk dipertanyakan,
Namun untuk disikapi, ditafakuri, dinikmati, diambil hikmahnya….
Seperti yang lalu2…kamu selalu cerita tentang Diza yang sudah maksimal dalam berusaha
Maksudnya berusaha baik dalam hal duniawi maupun ibadahnya..
Diza semakin rajin shalat tahajudnya, puasa sunnahnya, memberikan sedekah dan infak, maupun hal2 lain yg bermanfaat….
Tapi ujian ini bukan buat Diza semata…namun juga untuk suaminya kan?
Apa suaminya sudah bertafakur? Sudah membuka hatinya untuk bersujud kepada Sang Penguasa Semesta? Apa dia sudah mulai mau melakukan ibadah shalat 5 waktu?
Mungkin Allah SWT masih menganggap sang suami masih sombong!
Ini adalah sentilan, cubitan dan peringatan untuk suaminya juga Bu…
Bukan untuk Diza semata…krn mereka sudah dalam satu ikatan.
Apalagi sudah anak2 dan dia itu adalah seorang kepala keluarga.
Mereka semua harus solid/kompak dalam suatu ikatan keluarga…
Apabila ada yg bisa menggerakkan hati suaminya, subhanallah,
Mungkin Allah SWT akan lebih melapangkan jalan kemudahan
atas segala masalah dan ujian hidup mereka berdua…
Namun yang terpenting adalah….”Niat baik dan kemauan untuk Hijrah”
Niat baik bahwa bersungguh2 dalam melakukan ibadah yg membawa kebaikan kan
perlu dimulai dgn niat baik…
Serta adanya kemauan untuk Hijrah, kemauan untuk mau meninggalkan
Kebiasaan yang lalu, kehidupan yang lalu, pindahlah, hijrahlah…
Menuju kebiasaan yg baik, yg dilakukan semuanya dengan niat karena Allah…
Insya Allah…Allah akan memberikan karunia-Nya, kebarokahan-Nya….”

Aku diam sejenak…mencoba mencerna smua yg baru saja disampaikan suamiku
Mmmhhh….”Niat Baik dan Hijrah”….???
Yah mungkin itu yg belum ditemui oleh suaminya Diza…
Jadi mungkin walaupun Diza maksimal berusaha sedemikian rupa
Namun Diza hanya seorang diri, bukan berdua bersama suaminya!
Karena sebenarnya mereka berdua adalah “sebuah Tim”
Sudah seharusnya mereka berdua harus sama-sama kompak, satu misi dan visi,
Satu tujuan…..mencapai dunia yang bahagia dan menggapai keabadian akherat dlm surga….
Aaaaamiiiiin….

Sebuah cerita dari seorang sahabat...
semoga bisa menjadi cerminan diri...
bahwa kita (suami-istri) harus kuat, kompak dan bersama selalu...
menjunjung suatu nilai kebersamaan dalam
apa yg disebut "KELUARGA".......

Regina
17 November 2008

Selasa, 12 April 2011

Precious Moment With Bunda Revy

PRECIOUS MOMENT WITH BUNDA REVY

Setelah membaca buku Notes From Qatar karangan Muhammad Assad, anak muda usia 23 tahun itu.. hmm langsung yang terpikir olehku, I was wondering, gimana cara ibunya Assad bisa menjadikan seorang  Assad, pemuda yang bisa dibilang dalam kesehariannya mencermikan sikap yang Qur’ani gitu ya..? Masih muda, Assad sudah menancap dalam hatinya beberapa keyakinan-keyakinan Ilahiyah dan keteladanan Rasulullah. Selintas berpikir, senangnya ya kalau bisa dapat kesempatan bisa dapat “ilmu” dari  Bunda Revi, ibunda Assad.

Ternyata Allah memang Maha Tahu apa yang aku butuhkan. Tenyata kebagian juga waktu sharing dengan Bunda Revy itu. Doaku dijawabNya… Alhamdulillah.  Ijinkan aku untuk sharing dari paparan yang disampaikan Bunda Revy dalam mendidik ke-2 jagoannya, Arief dan Assad.

Dari apa yang dipaparkan Bunda Revy saat itu, mungkin aku bisa menyimpulkan bahwa beliau memang memiliki modal suatu keyakinan yang diyakini sekali oleh beliau. Dengan keyakinan tersebut maka melahirkan sikap-sikap Bunda Revy yang dalam menjalankan kesehariannya mendidik 2 buah hatinya sedemikian rupa, maka sosok Arief dan Assad inilah sebagai hasil “didikan” Bunda Revy yang merupakan buah dari akar “keyakinan-keyakinan” yang dimilikinya… Subhanallah…

Semoga apa yang disampaikan Bunda Revy bisa menjadi teladan dan contoh baik bagi kita para ibu dalam mendidik anak-anak kita yang merupakan “Titipan Allah” tersebut. Ada beberapa keyakinan yang bisa kita ambil sebagai kesimpulan dari paparan sharing Bunda Revy yang bisa juga kita jadi modal “akar” untuk dapat kita tanam supaya kita pun bisa mendapatkan “pohon” yang baik dan memetik “buah” yang ranum dan berkwalitas baik bagi anak-anak kita.

1.           Mengenalkan Allah Sejak Dini Pada Anak
Bunda Revy memang telah mengenalkan Allah sejak dini kepada 2 jagoannya. Tak perlu kata menunggu untuk memperkenalkan Allah, agar mereka mulai mencintai Allah dari sejak kecil. Hal itu menjadi prioritas beliau dlm mendidik anak-anaknya. Dengan mengenal Allah, maka anak-anaknya bisa mulai menyayangi Allah. Tak kenal maka tak sayang kan? Jadi Bunda Revy berusaha selalu agar anak-anaknya kenal & sayang Allah.

Bunda Revy yang memang sejak dini MENGENALKAN Allah pada ke 2 anaknya, sehingga jangan heran kalo anak-anaknya bisa lebih dini pula MENYAYANGI Allah. Assad bersama kakaknya sejak kecil (sebelum mereka baligh) dibiasakan wajib shalat 5 waktu. Bila malam mereka baru sampai rumah, dan belum shalat Isya’, maka Bunda Revy dengan penuh kasih sayang akan membangunkan, membimbing mereka untuk berwudhu (malah bisa juga diwudhukan), ditemani saat mereka shalat sampai mereka selesai ibadahnya. Dapat kita lihat, ketentuan bahwa “shalat adalah tiangnya agama” tersebut telah diberlakukan Bunda Revy sejak anak-anaknya kecil. Jadi ada bonding yang kuat dalam diri anak-anaknya untuk mengenal Allah sejak usia dini. Cinta dan sayang pada Allah harus menjadi suatu keyakinan mendalam. Karena kebiasaan ibadah shalat wajib 5 waktu bila dimulai sejak dini, akan menjadi suatu "PROSES" yg membentuk rasa kebutuhan anak untuk selalu terhubung dengan Allah. Mulailah melatih kebiasaan &  berikan stimulasi hal-hal baik kepada anak-anak kita dengan memberikan contoh & selalu mengajaknya. Shalat adalah Tiang Agama!

“...Sebab cinta kepada Allah hanya dimiliki oleh mereka yang beriman. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah…” (Al Baqarah (2) : 165).

2.           Dahsyatnya Kekuatan Keyakinan
Bunda Revy jelas-jelas memang memiliki suatu keyakinan yang kuat dalam hidupnya. KEYAKINAN AKAN MENENTUKAN SIKAP. Keyakinan-keyakinan Bunda Revy terhadap beberapa hal dalam hidup ini menjadi dasar hidup beliau dan jelas diaplikasikan dalam sikap kesehariannya. Keyakinan tersebut merupakan “Keyakinan Ilahiyah” yang selaras dengan ketentuan Al Qur’an dan As Sunah Rasulullah. Misalnya, keyakinan akan pentingnya kejujuran, keyakinan akan selalu bersangka baik pada Allah, keyakinan akan kekuatan doa dan lain-lainnya merupakan suatu keyakinan yang patut kita contoh. Suatu keyakinan yang menancap dalam qalbu kita dengan kuat sebagai “suatu keyakinan Ilahiyah”, maka akan diaplikasikan dalam sikap-sikap yang selaras dengan Al Qur’an. Suatu contoh bahwa ketentuan Al Qur’an dijadikan pedoman hidup bagi beliau. Subhanallah…. Bagaimana kuatnya suatu keyakinan mampu menguatkan punggung sepanjang perjuangan, melahirkan suatu kekuatan dan keberanian bertindak tanpa ragu mengatasi permasalahan dan ujian hidup.

Mengutip apa yang disampaikan Pak Permadi Alibasyah tentang “keyakinan Ilahiyah” dengan referensi Ar Ra’d (13) : 31, yaitu “Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentulah Al Quran itulah dia). Sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah. Maka tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.

Lihat juga Al Jatsiyah (45) : 20 yang menyatakan bahwa “Al Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.

3.           Allah Sesuai Prasangka HambaNya
Keyakinan bahwa Allah sesuai persangkaan hambaNya juga dipegang teguh oleh Bunda Revy. Ini bisa jadi menjadi salah satu modal kuat seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya dan membina rumah tangga serta keluarga. Dengan yakin bahwa bila kita bersangka baik kepada Allah, maka Allah pun akan menjadikan apa yang kita sangkakan (baca : pikirkan). Selalulah berpikir yang baik dan positif, kemudian yakinlah bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik bagi tiap-tiap umatNya. Yakinlah bahwa Allah adalah MAHA MENGETAHUI apa yang terbaik bagi kita. Sadari bahwa kita tidak mengetahui apa yang kita butuhkan dengan tepat, manusia hanya bisa tau apa yang kita mau atau inginkan.

“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui(Al Baqarah (2) : 216).

Aku (Allah) sesuai dengan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Dan aku bersamanya bilamana dia berdo’a kepada-Ku.” (HR. Ahmad dan Anas).

4.           Doa Adalah Senjata Ampuh Orang Mukmin
Keyakinan Bunda Revy akan kekuatan doa kita sebagai orang mukmin menjadi “senjata” ampuh dalam menjalani kehidupan beliau diterapkannya. Dalam Surat Al Mukmin : 60
“Berdoalah padaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu
. Doa bukan sekedar sarana memohon pertolongan, ketika mengalami musibah atau kesulitan. Doa juga merupakan sarana meminta kepada Allah untuk meningkatkan kualitas diri, sehingga dapat melakukan kegiatannya dengan baik dan benar. Doa di sini berfungsi sebagai tempat memohon rahmat dan karunia agar perjalanan hidupnya senantiasa dalam lindungan Allah dan Allah selalu bersamanya. Anak-anaknya dibiasakan selalu berdoa memohon permintaan langsung pada Allah. Bunda Revy pun selalu mencontohkan bagaimana beliau berdoa kepada Allah semata untuk kebaikan anak-anaknya, sehingga anak-anak bisa langsung melihat adanya “kekuatan doa sang bunda” bagi kebaikan anak-anak itu sendiri.

Dalam Al Baqarah (2) : 152, Maka ingatlah kamu kepadaKu niscaya Aku akan ingat pula padamu dan bersyukurlah kepadaKu, janganlah kamu mengingkari nikmatKu.

5.           Allah Tidak Akan Ingkar Janji
Ketika Allah perintahkan untuk mengerjakan shalat, puasa, zakat, haji, berkata jujur, menjalankan amanah, bersilaturahim dan kebaikan-kebaikan lainnya, mereka melaksanakannya dengan semangat yang tinggi dan penuh rasa ikhlas. Mereka berharap akan balasan-balasan pahala yang Allah janjikan. Mereka sangat yakin dengan janji-janji Allah. Allah sekali-kali tidaklah ingkar janji. Janji-Nya pasti akan ditepati-Nya. Bahkan ketika Allah perintahkan untuk pergi berjihad, mengorbankan nyawa dan harta di jalan-Nya, mereka sambut seruan itu dengan semangat yang berkobar-kobar, mereka telah sangat yakin dengan setiap apa yang Allah sampaikan dalam ayat-ayat-Nya. Begitu juga ketika Allah melarang bersikap sombong, munafik, ingkar janji, bakhil, melakukan perbuatan zina, mencuri, memfitnah dan segala bentuk keburukan lainnya, mereka juga akan meninggalkan semua larangan itu dengan hati yang ikhlas dan dada yang lapang. Mereka tidak mengeluh sedikitpun. Tidak berburuk sangka pada Allah. Karena mereka telah sangat yakin pada Allah, bahwa bila hal itu mereka tinggalkan, Allah akan jauhkan mereka dari siksa-Nya.

Bunda Revy sangat yakin akan prinsip bahwa Allah tidak pernah akan ingkar janjiNya. Apa yang dinyatakanNya dalam ayat-ayat Al Qur’an adalah suatu janji yang nyata dan benar. Sungguh karena isinya Al Qur’an adalah suatu KEBENARAN yang hakiki adanya. “Kitab Al Qur’an ini tidak ada keraguan padanya; dan merupakan petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (Al Baqarah (2) : 2)

6.           Ihsan (Berbuat Baik Karena Senantiasa Merasa Diawasi Allah)
Sejak dini pula, Bunda Revy mengajarkan anak-anaknya agar jujur dan selalu berbuat baik. Mereka diajarkan untuk selalu berbuat baik bagi sesama. Seperti kebiasaan Assad akan ibadah sedekah yang langsung Assad berikan kepada pihak yang membutuhkannya. Sehingga anak-anaknya dapat melakukan tindakan bersedekah langsung kepada orang-orang yang membutuhkan uluran tangannya. Saat pembagian zakat, Assad dilatih untuk menyerahkan sendiri beras kepada kaum dhuafa, Assad yang harus membawa berasnya sendiri. Dan ini masih berlangsung sampai sekarang, Assad sering mengajak Bunda Revy mencari dhuafa dan bersedekah langsung pada mereka.

Mereka dibiasakan untuk memilki rasa empati pada lingkungan sekitar mereka. Keyakinan yang diajarkan bahwa bila mereka berbuat baik pada orang lain, maka dampaknya yang baik akan berbalik pada mereka sendiri. Berbuat baik adalah keharusan, karena sungguh Allah MAHA MENGETAHUI atas segala yang dilakukan oleh manusia.

Mengajarkan kesadaran anak-anaknya akan "keberadaan Sang Pencipta" di mana-mana, sehingga anak-anaknya pun jadi tahu & sadar bahwa Allah  "mengawasi" segala tindakan kita, apakah itu baik maupun buruk. Allah Maha Tahu atas segala hal yg terjadi pada umatNya. Maka sejak kecil anak-anak diajar untuk "mengenali" Allah dengan kenal akan berbagai macam nikmat kasih sayangNya & segala perintahNya agar kita taat tunduk pada Allah... 

Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah SWT. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat di mata Allah SWT.
Dan berbuat baiklah kalian, karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Baqarah (2) : 195)
Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk berbuat adil dan kebaikan….” (An-Nahl (16) : 90)
Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri…” (Al-Isra’ (17) : 7)

Dan berbuat baiklah (kepada oraang lain) seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu….” (Al-Qashash (28) : 77)

7.           Kejujuran
Dalam mendidik anak-anaknya, Bunda Revy juga melakukan prinsip “saya nggak pernah bohong sama anak- anak saya, dalam kondisi apapun saya selalu berkata jujur pada kedua anak saya sepahit dan sesulit apapun untuk mengatakannya, dan itu yang selalu saya tanamkan pada mereka. Never tell lies”. Baliau pernah mengalami suatu kejadian, di mana pada akhirnya beliau berjanji pada Allah.... Bahwa mulai detik ini (ketika beliau mengandung anak pertamanya), beliau tidak akan berkata dusta/bohong lagi kepada siapapun seumur hidup Bunda Revy. Sungguh keyakinan mendasar dan selaras dengan ketentuan Al Qur’an.

"Kejujuran" adalah modal utama. Sabda Rasul tentang "jangan berdusta" yaitu, "Katakan kebenaran meskipun pahit". Inilah yang selalu ditekankan oleh beliau. Bahkan dalam salah satu tulisan Assad dalam blognya, Assad mengatakan sangat bangga pada mamanya, seumur hidupnya, Assad tidak pernah menemukan mamanya berdusta. Subhanallah yah... Itu "validasi dan testimoni" seorang anak tentang prinsip & sikap ibunya. Sangat membanggakan... Sikap Bunda Revy tersebut merupakan contoh baik bagi kita yg jalani peran sebagai seorang IBU.

Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur” (At Taubah (9) : 119).

8.       Setiap Diri Adalah Pemimpin dan Harus Mempertanggungjawabkan Segala Sesuatunya Kepada Allah
Bunda Revy juga memiliki keyakinan bahwa sebagai manusia, masing-masing diri adalah pemimpin, pemimpin bagi dirinya sendiri yang harus mempertanggung jawabkan segala tindakan perbuatan dan amalan selama hidup di dunia ini, pada saat waktunya penghisaban di alam akherat nanti. Tidak akan ada yang terlewat dari proses hisab di hadapan Allah, sehingga Bunda Revy yakin bahwa sebagai istri dan ibu, maka beliau harus berbuat yang baik dan benar. Sebagai seorang ibu, beliau menyadari bahwa dia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri dan bagi anak-anaknya, yang kelak nantinya harus dipertanggung jawabkan di hadapan Allah semuanya.

Hal ini membuat Bunda Revy dalam menjalakan peran sebagai ibu bagi ke 2 putranya dilakukan penuh tanggung jawab dan sepenuhnya didasarkan pada ketentuanNya, karena beliau ingin menjalankan peran sebagai ibu yang mendapatkan “TITIPAN” dari Allah tesebut sebaik dan sebenar mungkin. Aaaamiiin. Beliau juga berkata beliau mendidik anak-anaknya untuk menjadi seorang pemimpin, bukan hanya pemimpin dirinya sendiri karena anak-anaknya yang keduanya lali-laki kelak akan memiliki istri, maka anak-anaknya harus bisa menjadi pemimpin bagi istri dan anak-anaknya juga pemimpin umat. Beliau sudah mempersiapkan Arief & Assad demi masa depan mereka sebagai seorang IMAM baik bagi dirinya sendiri, maupun bagi istri, anak(-anak) & keluarga mereka nanti. Pemikiran yg sangat "maju" & berorientasi masa depan! Excellent...

… Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintakan pertanggung jawabannya”  (Al Isra (17) : 36).

Berikut dalam suatu hadist, “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawabannya…”.(HR. Bukhari Muslim)


9.           Anak Adalah Titipan Allah
Sejak menikah, Bunda Revy sudah menyadari betul dengan adanya keyakinan “Anak adalah  Amanah Titipan Allah”, sehingga beliau sudah tahu apa yang akan dilakukannya terhadap anak-anak beliau nantinya. Anak dianalogikan sebagai “titipan Allah” kepada masing-masing orang tuanya. Anak adalah AMANAH yang dititipkan Allah. Yang namanya AMANAH, maka harus benar-benar dijaga, dirawat dan disayangi sebaik mungkin, karena bila saatnya tiba, Allah akan meminta pertanggung jawaban kita sebagai orang tua yang diberikan AMANAH tersebut. Bedakan bila kita memakai prinsip “Anak adalah HAK MILIK orang tuanya”, maka kecenderungan kita manusia, bila memiliki sesuatu malah terlalu posesif, yang parah bila sampai menganggap anak sebagai hak milik yang BEBAS bisa diperlakukan semaunya kita sebagai orang tua. Itu yang bahaya.

Amanah tersebut seharusnya kita tunaikan sesuai dengan apa yang dikehendakiNYA. Anak yang diamanahkan tersebut, telah diberikan kepada kita dan kita telah diperintahkan untuk menghindarkan diri kita sendiri, keluarga dan termasuk anak kita dari api neraka jahanam.

Wahai orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan, padanya ada malaikat yang kasar, mereka tidaklah mendurhakai Alla terhadap apa yang diperintahkan kepada mereka dan mereka mengerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka”. (At Tahrim (66) : 6)

Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu adalah hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah pahal yang besar” (Al Anfaal (8) : 28).

10.        Dalam Keadaan Tawakal Terus Menerus
Bunda Revy juga memiliki keyakinan bahwa penting menjadi umat yang terus menerus tawakal kepada Sang Khaliq. Dalam setiap proses ikhtiar pada Allah, beliau berusaha maksimal, namun tak lupa beliau serahkan segala hasilnya kepada Allah. Sungguh hanya Allah lah yang punya otoritas MENENTUKAN semua hasil dari proses ikhtiar yang kita lakukan dalam menjalani keseharian dalam hidup di dunia ini. Kita bukan pencipta, kita adalah mahluk ciptaanNya, maka apapun yang menjadi hasil usaha kita hanya merupakan wewenang Sang Khaliq. Kita hanya bisa bergantung padaNya dan yakinlah Alah Maha Tahu atas apa yang kita semua butuhkan, maka Dia akan cukupkan semuanya bagi manusia itu. Tak ada yang bisa kita lakukan di ujung proses ikhtiar, kecuali ber TAWAKAL padaNya… semoga hasil yang TERBAIK dariNya dan pasti sesuai dengan kebutuhan masing-masing umatNya… aaamiiin…

Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya” (Ath Thalaaq (65) : 3).

11.        Selalu Terhubung (Connect) Terus Pada Allah
Segala tindakan pebuatan yang Bunda Revy lakukan adalah sebagai suatu “keterhubungan yang konsisten” antara Bunda Revy sebagai mahluk dengan Allah Sang Pencipta. Beliau dalam kesehariannya tak lepas selalu beribadah dan berdoa pada Allah untuk selalu mohon petunjuk dan bimbinganNya. Maka dapat kita lihat, bila kita memiliki suatu ”hubungan dan komunikasi” yang baik dan dekat dengan Allah, jangan merasa suatu yang mustahil bila keterhubungan yang konsisten itu bisa saja terjadi. Itu yang harus kita lakukan kepada Allah Sang Khaliq. Allah dekat dengan kita, bila kita pun selalu berikhtiar selalu dekat (dan TERHUBUNG (Connect)) denganNYA.

Agar selalu bisa terhubung padaNya maka kita harus selalu berpegang teguh pada ketentuan-ketentuanNya yang tredapat dalam Al Qur’an dan juga suri teladan Rasulullah. Tidak ada keraguan untuk berpegang teguh pada keduanya.

Barang siapa yang berpegang teguh kepada Allah maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan lurus” (Ali Imran (3) : 101)

Dan orang-orang yang berpegang teguh pada Kitab, dan melakukan shalat - sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengadakan perbaikan” (Al A’raaf (7):170)

12.        Apa Yang Kita Tanam, Maka Itulah Yang Kita Tuai
Bunda Revy saat ini mungkin boleh dikatakan sedang “menuai’ dari apa-apa saja yang beliau lakukan (tanamkan) sejak dahulu. Baru sekaranglah beliau “memetik” buah kebahagiaan sebagai hasilnya mendidik ke 2 orang jagoan beliau. Beliau memetik buah yang ranum dan matang sebagai hasil jerih payah beliau menanam “bibit unggul” yang baik dan dirawat serta dipelihara dan diberikan kasih sayang, sehingga anak-anaknya menjadi anak-anak yang shaleh, cerdas akal maupun qalbunya. Salut buat Bunda Revy. Apa yang kita tanamm ,maka itula yang kita tuai. Kita menanam bibit unggulan dengan pemeliharaan yang baik, maka saat panen tiba, kita berhak menuai buha yang ranum dan matang. Allohu Akbar. Yakinlah sebenarnya saya kita berbuat baik, maka kebaikan itulah yang akan berbalik pada diri kita sendiri.

Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan” (Al Jaatsiyah (45) : 15).


Demikianlah tulisan ini semoga manfaat barakallah. Bila ada kekurangan, mohon dimaafkan, karena sungguh kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Terima kasih buat The Revy atas sharingnya yaaa… Sungguh indah sekali. Nikmat apa lagi yang bisa kudustai? Allah berikan kesempatan untuk bisa bertemu dang mengenal Teh Revy sebagai teladan yang baik untuk aku dan kita semua… Jazakumullah….

Bandung, 10 April 2011
Regina

(Sumber : Materi Sharing Bunda Revy, Ibunya Assad pada Majelis Tafakuran Mutiara Tauhid di Bandung pada awal Maret 2011, Resume Tami dan Eghie, materi Kajian Pemahaman Tafsir Al Qur’an narasumber Bapak Arief Mulyadi dan Kang Ipay)