Rabu, 30 Maret 2011

7 Kesalahan Orang Tua

Just sharing....

"7 KESALAHAN ORTU"

Baca judulnya asa serem ya? Kesalahan ortu? Waduuh ternyata jadi ortu jaman sekarang susah-susah gampang ya! Kita harus selalu update dan improve diri kita,supaya bisa mengimbangi proses kehidupan anak-anak kita menjadi dewasa. Kita sebagai ortu memang jadi "role model" atau teladan terdekat bagi anak-anak kita!

Tidak ada "sekolah" ataupun "modul" untuk menjadi ORANG TUA yang OKE, BAIK & BENAR. Bagaimana ya caranya kita jd ORTU? Itupun harus kita cari sendiri "ilmu"nya. Belum lagi kita sbg ortu dituntut pula sbg ROLE MODEL buat anak-anak kita. Bayangkan sebagi PANUTAN!! Wow... Apakah kita bisa menjadi panutan yg terbaik buat anak-anak kita? Jawabannya HARUS! Tidak ada alasan bila kita masih berpikir untuk menjawab tidak bisa. Kita harus peduli dgn pembentukan karakter dan masa depan buat anak-anak kita.

Karena tidak ada sekolah maupun modulnya, maka sebagai ortu, kita yang harus aktif untuk cari "ilmu" sebagai proses improve peningkatan kualitas diri sebagai ortu. Harus banyak belajar dan memperbanyak ilmu dengan cara apapun. Bisa dengan membaca buku-buku, ikut seminar atau pelatihan, sharing dengan teman ataupun meminta ilmu/pendapat dari pihak yang ahli. Sumber ilmu memang bisa didapat dari mana saja kan? Semoga tulisan di bawah ini bisa jd sedikit ilmu yang bisa disharing bersama.

Di bawah ini ada catatan yg diberikan seorang psikolog yang kami kenal tentang 7 KESALAHAN ORTU dalam melakukan pola asuh dan pendidikan terhadap anak, sebagaimana dinyatakan dalam buku karangan Jhon C. Friel dan Linda D. Friel, yaitu :

1. Memanjakan anak, sehingga menghilangkan keinginan anak untuk berjuang.
• Kecenderungan ortu memanjakan anaknya,dgn memberikan apapun yg anak minta di luar kewajaran. Anak dgn mudahnya meminta dan lgsg dikabulkan oleh ortunya, sehingga tanpa disengaja hal ini dpt menghilangkan proses "perjuangan" anak dalam mendapatkan apa yang anak inginkan. Kecenderungan "memanjakan" anak dipicu mungkin jg dengan kondisi yg umum saat ini, yaitu ibu yg bekerja,sehingga untuk "menebus kesalahan" hilangnya waktu kebersamaan ibu-anak,sang ibu dgn "mudah"nya memberikan segalanya dgn mudah (yg terkadang tdk dibutuhkan). Dengan demikian sbg ortu,kita harus lebih cermat dan selektif dalam memenuhi permintaan anak. Sebaiknya sbg ortu kita memberikan apa yang anak minta sesuai dengan apa yang dibutuhkan anak dan dalam batas kewajaran (bukan berlebihan). Sesuai waktu, kondisi dan kebutuhan.

2. Memaksakan banyak kegiatan pada anak, sehingga anak tidak memiliki kesempatan untuk menikmati kehidupannya.
• Waah kayanya kondisi seperti ini sering ditemukan di sekitar kita yaa... Anak-anak mulai SD sampai SMA, tiap pulang sekolah langsung ada jadwal les macam-macam yang jam lesnya pun sampai sore malah maghrib! Bukan hanya pada hari Senin-Jumat,malah ada yang 1 minggu penuh ada kegiatan lesnya! Subhanallah.... Macam-macam les yg diikuti anak-anak,dari les yang menyangkut pelajaran di sekolah sampai les menyangkut hobby atau yang menyenangkan si anak! Boleh-boleh aja sih anak-anak ikut les setelah jam sekolah, tapi para ortu tlg juga memperhatikan dan mempertimbangkan kemampuan, minat, kebutuhan dan waktu anak kita. Kasihan kan anak kita ikut les tapi sebenarnya dia nggak mau atau dalam keadaan sudah cape', tapi karena ortu menyuruh, anak bisa jawab apa?! Bagaimanapun juga mereka berhak menikmati kehidupan masa anak-anak, remaja menuju masa dewasa dengan "happy". Jangan sampai mereka tertekan dalam menjalani aktivitas kehidupannya. Yg penting anak-anak "Enjoy and Happy" menjalani kehidupannya!

3. Mengabaikan emosional + spiritual anak, sehingga anak menjadi arogan, tidak sabar, sinis, serakah, egois, dan terlalu mencintai dirinya sendiri.
• Ortu sibuk mem"perkaya" anaknya dengan kegiatan yang lebih duniawi dan mengabaikan pemenuhan kebutuhan spiritualnya. Kebanyakan ortu sibuk dengan target bahwa anaknya harus jadi anak pintar dan berprestasi di sekolahnya, harus jadi juara, di sekolah atau di luar sekolah, namun mengabaikan moral, budi pekerti dan akhlaq anak-anaknya! Betapa keringnya jiwa dan ruhaniah mereka. Anak menjadi pribadi yang egois, hidup penuh tuntutan, malah mungkin bisa stres, karena ortunya lalai membekalkan keimanan dan ketaqwaan serta nilai moral dan budi pekerti. Berikan mereka bekal pemahaman agama, CINTA ALLAH, CINTA RASULULLAH, CINTA ORTU, akhlaq dan nilai moral, budi pekerti. Ya Allah, bimbinglah kami ortu untuk selalu dapat memberikan bekal dunia dan akhirat yang sebaik-baiknya.

4. Kurang melatih kontrol diri, sehingga anak kurang memiliki struktur aturan dalam kesehariannya.
• Sebagai ortu, kita jg harus melatih anak untuk dapat mengontrol dirinya. Banyak hal pada anak yang perlu dilatih supaya anak mengerti bagaimana dia dapat mengontrol dirinya, misalnya kotrol terhadap emosi maupun perasaan . Hal ini dapat dilatih dengan mengajarkan anak DISIPLIN. Kita ajarkan DISIPLIN dengan penuh cinta kasih sayang, bukan penerapan disiplin yang menakutkan mereka atau disiplin yang kaku. Ajarkan anak : apa yang BENAR dan apa yang SALAH, apa yg jadi HAKnya, bagaimana sikap yg DITERIMA oleh lingkungannya. Dgn memahami penerapan disiplin yg telah disepakati antara ortu-anak, maka anak dpt mempunyai struktur aturan thd dirinya dalam aktivitas kesehariannya.

5. Mengabaikan perkawinan karena kehadiran anak, sehingga kehadiran anak membuat kehidupan pernikahan menjadi hambar.
• Keberadaan anak adalah anugrah dan sebagai titipan Sang Illahi. Jangan sampai keberadaan mereka menjadi beban dalam perkawinan ortunya. Jangan jadikan anak sebagai alasan terjadinya kerenggangan hubungan suami-istri. Misalnya, ibu karena sibuk banget mengurus bayinya, jd tidak sempat memperhatikan kebutuhan suami,membuat suami bete! Tidak bisa hal itu jadi alasan hambarnya hubungan suami-istri. Keberadaan anak-anak dalam perkawinan malah harusnya menjadi semangat bagi ayah dan ibunya untuk menciptakan lingkungan yg kondusif bagi pertumbuhan anaknya. Anak-anak berHAK mendapatkan limpahan kasih,sayang,cinta dan perhatian dari ortunya. Orang tua yang mempunyai hubungan suami istri yang harmonis,serta penuh kasih sayang dan perhatian akan berdampak positif dalam perkembangan dan pembentukan karakter anaknya. Peliharalah selalu hubungan dan komunikasi yang positif dan harmonis antara suami-istri yang akan berdampak positif bagi anak-anaknya. Anak dapat melihat dan mencontoh bagaimana ayah dan ibunya saling berinteraksi dlm kasih sayang dan perhatian. Sungguh indahnya!

6. Terlalu dekat pada anak, sehingga tidak jelas antara kehidupan pribadi anak dengan kehidupan pribadi ortu.
• Memang segala sesuatu yang ber"LEBIH" itu akan berdampak tdk baik. Begitu juga dalam berinteraksi dengan anak. Hubungan ortu-anak yang terlalu sangat dekat juga akan mengaburkan konsep kehidupan pribadi setiap manusia. Anak tidak akan memahami bahwa tiap orang punya area pribadi yang menjadi haknya. Anak bisa juga menjadi tidak percaya diri, karena setiap saat dan tiap hal dalam hidupnya, selalu ada intervensi dari ortunya. Sangking terlalu dekatnya sang ortu dgn anak, maka yg terjadi anak bisa terlalu "bergantung" pada ortunya, tidak mandiri dan tidak pede dalam menghadapi suatu masalah yg dia lalui. Betapa kasihannya anak-anak yg demikian. Ajarkan anak ke"mandiri"an sesuai dengan usia dan kebutuhannya. Berikan tanggung jawab serta kepecayaan pada mereka secara bertahap sesuai usianya. Mereka akan belajar menghormati keberadaan "area pribadi" miliknya sendiri juga orang lain. Sebagai ortu, kitalah yg harus mengajarkan dan memberi contoh.

7. Menuntut anak mewujudkan harapan orangtua, sehingga anak menjadi tidak dapat mengukur kemampuannya sendiri.
• "Saya ingin jadi seorang dokter, tapi tidak tercapai, makanya saya pengen anak saya harus jadi dokter!" atau yang lain "Keluarga kami itu semua pengacara, dari ayah saya, saya dan 2 kakak saya semua pengacara. Jadi wajar dong kalau saya menginginkan salah satu anak saya jadi pengacara supaya saya bisa mewariskan kantor saya ini!" Artinya sebagai ortu, kita sudah menuntut dan menentukan "masa depan" anak kita tanpa menanyakan/memberi kesempatan apa yang sebenarnya diinginkan anak kita. Betapa egoisnya kita! Sehingga anak tidak tahu dan tidak dapat menentukan sendiri apa yang diinginkannya setelah dewasa nanti. Kalau hal ini diperlakukan kepada kita, apa kita mau? Jawabnya pasti tidak kan? Sehingga kita harus lebih memberikan kesempatan & kepercayaan bg anak-anak untuk bertanggung jawab atas konsekuensi dari tiap keputusan yang ia buat atau ambil. Dengan demikian mereka belajar juga untuk dpt mengukur kemampuannya sendiri. Jangan terlalu mendikte apa kemauan kita pd mereka. Bagaimanapun,anak-anak itu juga manusia kan?

Ya ampun, kayanya "Gue Banget!!" Mungkin itu yg banyak terlintas dlm hati kita. Ada berapa point kesalahan yang sudah kita lakukan dari 7 kesalahan di atas tersebut? Subhanallah... Sekarang harus segera diubah! Demi pembentukan karakter dan masa depan anak-anak kita. Sebagai ortu kita HARUS BISA melakukan PERUBAHAN dengan segera. Demi anak-anak kita tercinta...

Anak adalah TITIPAN ILLAHI. Sadarlah kita dengan tanggung jawab dan peran kita sebagai ORTU. Allah SWT berikan dan titipkan anak-anak pada kita dalam keadaan baik dan suci. Hendaklah rawat,asuh,didik dan sayangi mereka dengan baik dan benar, supaya bila anak-anak kita nanti kembali pada Sang Khalik dalam keadaan baik dan suci. Sebagai ortu pun kita dapat mempertanggung jawabkan peran sebagai ortu sebaik mungkin di saat kita menghadap Allah dan waktunya penghisaban alam akherat. Subhanallah...

Tulisan ini jauh dari sempurna. Mohon dimaafkan bila ada kekurangan. Semoga dapat bermanfaat. Sungguh Allah Yang Maha Sempurna.

Terima kasih untuk sahabatku Ratih Rahmawati untuk sharing infonya yaa... Alhamdulillah manfaat untuk kita semua.

Regina
Bandung, 7 Mei 2009

Sumber :
- materi Parenting Class Mutiara Bunda
- buku "Mendidik Anak Zaman Sekarang Ternyata Mudah Lho!" - Ayah Edy
- buku "Mengembangkan Nilai Moral Pada Anak" - Dian Ibung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar