Selasa, 29 Maret 2011

Hiduplah Dengan Indah


“Hiduplah dengan Indah”

Kelebihan dan kekurangan adalah persepsi.

Kelebihan bisa jadi kekurangan dan kekurangan bisa jadi kelebihan.
Semua bergantung bagaimana ditempatkan dan disikapi.

Saat kita dalam keadaan susah,
Kita merasa yang tersusah di dunia ini.

Namun saat mendapatkan kesenangan,
Kita masih saja ingin seperti orang lain.

Sesusah apapun kita,
Pasti ada yang jauh….lebih susah.

Dan sekaya apapun kita,
Pasti masih merasa belum puas.

Maka, rasakanlah cukup apa yang ada,
Daripada…apa yang tiada.

Dan tetaplah meraih apa yang dicita,
Sambil bersyukur atas apa yang ada.

Dahulu aku pernah merasa sedih
Karena aku tidak punya sepatu
Hingga…suatu ketika di pinggir jalan
Aku bertemu seorang pria tanpa kaki…

Sumber : “Sentuhan Kalbu”

Sekedar renungan diri….

Sebagai manusia…rasanya mungkin selalu banyak merasa kekurangan. Ada saja yang dirasakan kurang. Kurang cantik/tampan, kulit rasanya kok hitam, kurang pintar, badan kok “over weight”, badan terlalu kurus, matanya yang kurang bulat, bibir tidak berwarna merah, rambut keriting, kurang tinggi badannya, hidup kok gini2 ajah, berasa paling miskin banget, hidupnya kok susah melulu, belum bisa punya mobil BMW, rumah tidak mewah, belum punya tas LV seri terbaru, sepatu Jimmy Choo, kacamata hitam-nya Gucci, kurang ini, kurang itu, kurang..kurang..kurang…waaah pokoknya banyak banget yang dirasakan kurang…kurang melulu!!! Yang dipermasalahkan selalu urusan fisik atau hal-hal yang lekat dengan ke-duniawi-an. Sebenarnya cape juga kalau kita selalu mengeluh dan tidak pernah bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah SWT. Tidak pernah puas, apalagi selalu memperbandingkan dengan apa yang dimiliki oleh orang lain (baik orang lain yang dekat dan kita kenal, juga orang lain yang boro-boro kita kenal atau selebritis lah…).

Padahal dalam firman Allah S. At Tin ayat 4 “ ….Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. Jadi pastinya apa yang ada pada diri kita (baca : keadaan fisik kita maupun yang kita miliki sebagai titipan dari-Nya) pastilah Allah berikan dalam keadaan sebaik-baiknya. Yakinlah kita akan hal itu…kita dapat hidup sehat, semua panca indra berfungsi dengan baik, dapat menghirup udara dengan gratis, Subhanallah, syukurilah apa yang kita punya dan diberikan oleh Allah.

Pernahkah kita komplain dengan sadar dengan hal-hal yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah? Aduuuh rasanya shalatku belum khusyu, aku belum rajin bangun malam dan melakukan shalat tahajud, shalat masih bolong-bolong, aku lupa berdzikir dan bertasbih, aku lupa membayar zakat, masih malas berinfak atau bersedekah, aku tidak sabar dalam menghadapi sesuatu, masih malas berdoa, atau banyak kekurangan dalam hal/kegiatan lain yang merupakan upaya manusia mendekatkan diri kepada sang Khalik.

Dengan bertafakur….insya Allah, kita bisa lebih meresapi apa kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri kita dalam kegiatan beribadah. Cobalah kita lebih merenungi kegiatan-kegiatan ibadah apa saja yang kita masih berasa “kurang banget” kita lakukan. Jangan terlalu fokus akan hal-hal yang lekat dengan “duniawi” saja. Bila kita melihat kandungan firman Allah dalam :

S. Hadiid ayat 20 : “ Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudia tanaman itu menjadi kering dan kamu melihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur,….. Dan kehidupan ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”

S. Al Ankaabut ayat 64 : “Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenar-benarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”.

Apapun yang telah diberikan dan  dititipkan kepada kita (misalkan : fisik kita, harta, jabatan maupun anak) SEMUANYA pasti itulah yang terbaik dan dibutuhkan oleh umat-Nya. Bahagialah dalam hidup ini dengan apa yang kita miliki, karena hanya kita sendirilah yang dapat membuat hidup ini “dirasakan” bahagia. Misalnya secara individu, aku harus punya tujuan hidup yang jelas dan fokus, yaitu mencapai “Dunia Bahagia Akhirat Surga”. Bahagia juga merupakan suatu persepsi dan bersifat relatif (tiap individu manusia punya persepsi yang berbeda). Hal yang sama dengan persepsi “kelebihan” dan “kekurangan” di atas tadi. Suatu persepsi yang tergantung bagaimana kita memposisikan dan menyikapinya. Kondisi “bahagia”nya kita, hanya kita yang dapat menentukan, maka jadikan bahagianya kita dengan apapun yg kita miliki dan jangan menggantungkan bahagia itu kepada faktor2 lain di luar diri kita (misalnya kita bahagia kalau anakku dapat selalu menjadi juara kelas, segingga pd suatu saat anakku tdk jd juara, betapa kecewanya…).

Dari renungan di atas, rasanya benar bahwa suatu “kelebihan” atau “kekurangan” hanyalah sekedar suatu persepsi yang dilahirkan dari nafsu manusia saja. Misalnya, belum tentu apa yang menjadi kekurangan dalam diriku akan sama dengan apa yang menjadi kekurangan dalam diri orang lain. Begitupun sebaliknya. Tergantung bagaimana kita memposisikan dan menyikapi persepsi tersebut. Rasa kekurangan yang timbul karena nafsu manusia memperbandingkan apa yang dimilikinya dengan apa yang dimiliki oleh orang lain (pastinya tanpa dibarengi oleh rasa syukur), dan ujung-ujungnya manusia tersebut (selalu) merasa tidak bahagia hidupnya.

Maka “Hiduplah dengan Indah”…hidup dengan rasa syukur atas apapun yang Allah berikan pada kita, perbanyaklah ibadah kepada Allah SWT dan jauhkan dari apapun yang dilarang-Nya, insya Allah, semoga kita akan merasakan hidup bahagia di dunia ini dan mencapai kebahagiaan surga di akhirat…..aaaamiiiin…

Bandung, 2008
Regina

Bahan bacaan :
“Bahan Renungan Kalbu”, “Sentuhan Kalbu”, “Miracle  of Love” dan “ Sedekah Cinta”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar