Kamis, 31 Maret 2011

Ada Api, Ada Asap

“Ada Api, Ada Asap”

Dalam hidup ini, memang ada hubungan sebab-akibat.
“Tak akan ada asap kalau tidak ada api,
bermain air, basah nanti,
bermain api, terbakar nanti”.


Jadi dalam melakukan sesuatu, haruslah BERPIKIR, supaya kalau mau berbuat sesuatu, harus juga kita berpikir apakah yang akan menjadi akibat dari perbuatan yang dilakukan itu. Jangan asal berbuat namun tidak mau tahu dengan konsekuensinya. Perbuatan apapun, dari mulai perbuatan kecil sampai perbuatan yang besar banget, pasti ada akibat dan konsekuensinya! Jadi kita sudah kudu siap berbuat plus menerima akibat dan konsekuensinya. Siap menerima 1 PAKET LENGKAP lah (tindakan+konsekuensinya). Di sini aku mencoba sharing dari beberapa kejadian yang terjadi di sekitarku, semoga manfaat yah...

Weekend kemarin, anakku Rahma ribut dengan masalah pulsa HPnya. Ternyata dia coba-coba pencet dan akses NSP, bersama teman-temannya, sewaktu pada main ke rumah. Biasalah anak-anak rasa ingin tahu dan coba-cobanya gede banget yah…!! Dia coba-coba ingin coba menggunakan fasilitas NSP dari provider HPnya, ternyata setelah selesai pencet-pencet, dia kaget banget, pulsa HPnya lumayan tersedot dalam jumlah lumayan untuk ukuran jatah anak segede dia. Sisa pulsa hanya tinggal 5.000 Rupiah, untuk 10 hari ke depan!! Bete plus panik pastinya, namun apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur judulnya. Ini bisa dikatakan contoh yang “ringan” saja, karena kerugian hanya menyangkut sekian rupiah.

Dia coba komplain ke aku, menyatakan bahwa dia sebenarnya tidak berminat langgangan NSP teresebut, namun katanya dia salah klik, jadilah dia register langganan NSP. “Bu, aku nggak maksud kok mau register NSP, pulsaku tersedot jadinya nih…gimana dong bu, masa aku Cuma ada 5.000 Rupiah untuk 10 hari lagi!!”.

Rahma pasti bete dan menyesal. Akhirnya aku ajak dia mengobrol bahwa semua tindakan ada konsekuensinya. Seperti yang barusan dia lakukan itu akan membawa akibat tertentu. Rahma coba-coba klik register NSP, namun baru sekali klik saja, ternyata sudah terdaftar dan akhirnya pulsa miliknya tersedot untuk melakukan pendaftaran NSP tersebut. Jatah pulsa HP Rahma baru saja di-top up 2 hari lalu, so untuk 10 hari ke depan, dia harus “puas” dengan jatah sebesar 5.000 tersebut.

Awalnya Rahma agak bete dan keberatan (pastinya!!), namun akhirnya dia harus (pasrah dan ikhlas) menerima konsekuensi tindakannya tersebut. Aku harap dia dapat belajar sesuatu dari tindakannya itu dan mengambil hikmah bahwa rasa ingin tahu dan coba-coba boleh saja, namun sudah harus siap dengan konsekuensinya baik yang positif dan negatif, sebagai 1 paket lengkap dengan tindakan yang dilakukannya.

Contoh kejadian lain yang levelnya “agak berat” dan bikin bete diriku sendiri adalah adanya serangan virus pada laptopku. Kejadiannya sewaktu aku menyusun thesis. Aku lupa melakukan cek dan scan virus pada saat flashdisk milikku (flashdisk yang biasa aku bawa dan sudah berbagai laptop maupun PC tersambung dengannya) masuk ke dalam plug laptopku. Namanya juga LUPA BANGET, aku santai saja masukkan flashdisk ke dalam laptop, yang pada awalnya berjalan baik-baik saja. Namun ternyata bencana itu datang selang beberapa menit kemudian, laptopku mulai menunjukkan tanda-tanda tidak bersahabat!! Aku mulai panik dan MAYDAY..MAYDAY…aduh ada apa dengan laptop aku nih? Tiba-tiba laptopku byarpet begitu saja tanpa permisi dan ijin terlebih dahulu! Panik pastinya….

Alhasil memang laptopku terkena serangan virus! Langsung lemas banget rasanya aku mengetahui serangan virus tersebut. Laptop aku serahkan pada seorang teknisi yang biasa menangani urusan komputer langganan suamiku. Ternyata file-file yang ada di laptop tersebut hilang bin raib tak berbekas!! Uuuh aku sedih dan bete plus kesal banget sejadi-jadinya! Mau ngambek, tapi ngambek sama siapa, lha wong itu kan akibat keteledoranku juga lagi! Akhirnya aku mencoba menenangkan diri selama 1 bulan (waduh lama banget!) sampai aku merasa “nyaman” kembali berurusan dengan sang laptop yang sudah direcovery tersebut.

Ternyata aku pun belajar, dengan keteledoranku tidak melakukan scan virus terlebih dahulu, konsekuensi yang harus aku terima adalah aku kehilangan file draft thesis yang sedang aku kerjakan doong! Awalnya aku nggak rela, namun tokh hal itu harus aku terima dan aku pasrah untuk memulai menulis draft thesisku kembali. Catet, aku menulis ulang dari BAB I thesisku yang sebenarnya sudah masuk ke BAB IV, waduuuuh......namun akhirnya aku pun dapat mengucapkan Alhamdulillah, rampung juga akhirnya….Allah banyak kasih pertolongan padaku.

Selanjutnya ini mungkin contoh kejadian yang “paling parah” di antara kejadian-kejadian yang aku tulis di sini. Sahabatku cerita di suatu sore tentang suaminya yang ketahuan punya affair dengan teman SMAnya..wadduh..parah nih dalam hatiku! Kejadian itu menurutnya sudah berlangsung sekitar 1 tahun lalu dan baru ketahuan 3 bulan terakhir. Pas ketahuan awalnya sang suami mengelak dan ogah mengakuinya, namun setelah dibeberkan beberapa fakta jelas, dia pun tak bisa lari dari kenyataan, ditambah WILnya itu pun rajin meneror ke rumahnya. Apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur!!

Sahabatku ini, sudah sakit hati sekali dan sepertinya sudah tidak punya persediaan MAAF dalam hatinya. Jadi dengan kesungguhan hati dia pun menggugat cerai sang suami yang telah bermain api itu. Tinggallah sang suami berulang kali memohon istrinya untuk tidak melanjutkan perkara gugatan cerai tersebut. Dia katanya menyesal banget, karena telah mempertaruhkan semua “HARTA” kesayangannya maksudnya istri tercinta dan 2 anaknya. Dengan egoisnya, sang suami pun mengajukan beribu-ribu permohonan maaf kepada istri, kedua anaknya dan orang tua maupun mertuanya. Sang istri pun kekeuh untuk berpisah saja.

Kalau sudah begini kejadiannya, pengen deh nanya sama sang suami, apa waktu mulai flirting n affair itu, sudah kepikir apa akibat dan konsekuensi yang “mungkin” terjadi dengan keberanian dia melakukan tindakan itu? Kok, setelah ketahuan, dengan gampangnya “Say sorry honey!!” then he pretends everything will be OK! Apa dia tidak berpikir dulu sebelumnya yah, bagaimana rasa sakit hati dari istri dan anak-anaknya tercinta, kalo mereka tahu sang ayah pujaan ternyata berbagi kasih dengan WIL!! Subhanallah….berikan kekuatan untuk sahabat dan kedua anaknya ya Allah, supaya dia bisa kuat membesarkan kedua anaknya yang menjelang remaja, karena bagaimanapun juga kedua anak mereka adalah tanggung jawab bin amanah dari Sang Khaliq!

Sang suami apakah pernah mikir dan ngertiin posisi dia sebagai KEPALA KELUARGA yang notabene IMAM KELUARGA bakal dimintakan pertanggung jawaban di akherat nanti atas amanah dia mengambil seorang perempuan sebagai istrinya dengan ucap IJAB KABUL dan kemudian amanah atas kedua anaknya itu! Allohu Akbar, betapa sombongnya manusia itu… Betapa tindakan tersebut tidak hanya merugikan suami sebagai pribadi, namun juga kepada istri, anak-anaknya juga merembet orang tua plus mertuanya. Setuju kan kalo contoh kejadian ini bisa kita sebut adalah yang “paling parah” ? Mikir dosanya…? Wallahu alam….

Ya Allah, dengan tulisan ini aku ingin jadikan sebagai “REMINDER” buat diriku sendiri supaya selalu BERPIKIR TERLEBIH DAHULU (TAFAKUR) dalam melakukan tindakan apapun, aku harus tahu dan mengerti apa akibat dan konsekuensinya, apakah positif atau negatif, berdampak buatku sendiri atau sampai merembet ke orang lain? Janganlah bermain air, kalau nggak mau basah! Jangan main-main api, kalau nggak mau terbakar! So simple!!

Ya Allah, mohon ingatkan dan bimbinglah aku selalu untuk berjalan di jalan yang lurus dan benar, supaya aku tidak salah jalan, menjauhi tujuan utamaku merasakan bahagia di dunia ini dan untuk kembali padaMU dalam suatu keabadian SURGAMU!! Peliharalah selalu akal pikiranku, akhlaq dan amalanku, niat dan tindakanku, hanya selalu untukMU…Lillahi ta’alaa…

Regina
Bandung, 2 Maret 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar